Bahaya Sebuah Persepsi

Bahaya Sebuah Persepsi

Pada artikel kali ini gue menulis mengenai cerita fiktif namun sangat menginspirasi dan untuk kita semua agar tidak salah memberikan persepsi pada seseorang yang tak dikenal maupun kerabat dekat. Karena artikel kali ini merupakan bacaan ringan sangat baik jika kalian menyeduh kopi sebelumnya biar tambah adem bacanya...


Dalam sebuah kereta ekonomi non-AC yang sangat panas, seorang Manager muda dengan pakaian formal yang mewah berdiri di sana. Berdempetan dengan penumpang lain. Tak lama kemudia dia membuka Smartphone android yang ukuran layar terbilang cukup besar yaitu sekitar 6,5 inc. Lebih besar ketimbang kebanyakan smartphone lainnya.

Dia memang sedang ada chat yang sangat penting dengan para donatur. Pesan cepat itu membahas tentang dana sumbangan untuk membantu masyarakat yang terkena musibah tanah longsor di salah kabupaten yang tidak perlu disebut namanya.

Penumpang lain mulai menatap ke arah si manager, lalu mereka berbisik satu sama lain. Ilustrasi percakapannya seperti ini.

Nenek : Haduh anak muda sekarang, tajir dikit langsung pamer. Naik kelas ekonomi niat cuman buat pamer apa,”ucap seorang nenek.”

Ibu-Ibu : Berharap suami saya tidak norak seperti ini orang. Naik kelas ekonomi bukan hal yang wajar untuk orang seperti dia,”sahut seorang ibu rumah tangga.”

Gadis : Diliat-liat keren sih, tapi sayang banget sama stylenya. Kenapa coba ga sekalian aja naik kereta ber-AC,”seorang gadis ABG ikut andil suara.”

Pengusaha : Sepertinya dia baru kenal ‘kaya’. Atau dapat harta warisan dari keluarga. Mungkin dia belum mengerti begitu pahitnya kehidupan ini, tentu dia tidak akan memarken benda tersebut di Kelas Ekonomi,”ujarnya berkata kepada seorang pemuka agama”

Pemuka agama : Andai saja mendalami ilmu agama mungkin saat ini dia tidak akan sesombong itu. Jelas sombong hal yang sangat dibenci tuhan.”balasnya untuk ucapan pengusaha tadi”

Anak SMA : Gue tau kok kalo lo itu kaya, tapi tolong deh, lo ga usah pamer gitu. Gua nggak perlu style elo. Kalo lo emang kepengen diakuin, sebaiknya out dari kereta ini dan naik kereta ber-AC saja.”celotehan dalam benaknya”

Si manager memasukan kembali smartphone ke dalam sakunya. Dia membatin, Allhamdulillah, akhirnya para donatur mau ikut meyumbangkan dana untuk korban bencana itu. Lalu dia memasukkan tangan ke dalam kantong celana dan ternyata ada secarik tiket kerete kelas ekonomi. Sebelumnya dia telah menukar tiket dengan seorang kakek tua yang mau naik kereta sesak ini. Tentu saja dia tidak tega melihat hal tersebut. Dengan lekasnya dia menukarkan tiket tersebut, biarlah kakek itu yang naik kereta ber-AC.”ucapnya”

Dari cerita yang sudah gue tulis kalian bisa mengutip bahwa, menghakimi orang lain tanpa tahu kebenarannya merupakan perbutan yang kurang manusiawi. Sebuah kebaikan, tindakan penuh kasih. Bisa berubah drastis menjadi hal jahat karena persepsi kita. Jaga persepsi kita, semua tak perlu kita nilai dari tampilan luarnya saja. Ingat ya berpersepsi boleh-boleh saja asal jangan sampai kita berburuk sangka. Dan malah mebalikkan sebuah niat baik seseorang.
 
Segitu dulu cerita fiktif yang udah gue re-write semoga saja kalian tersadar dan mengerti akan sensitifnya sebuah persepsi. Sering-sering kunjungin blog gue yang terkesan abal-abal. Gue usahain selalu update tenang aja... punya saran, komentar ,dan kritik kalian bisa masukin lewat fitur komentar.

12 komentar :

  1. Balasan
    1. terimakasih kembali gan sudah mau berkunjung dan membaca tulisan saya.

      Hapus
  2. Cerita bagus ini. Pernah baca di sebuah grup di Facebook.
    Berpikiran negatif memang buruk. Sangat buruk. Saya sendiri pernah kurang-lebih memiliki kebiasaan seperti itu. Tapi setelah bergaul dengan teman-teman yang "suka menghindari pikiran negatif atas semua hal" saya jadi mulai bisa merubah kebiasaan semacam itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah kebiasaan seperti itu harus cepat-cepat ditinggalin gan, takutnya ngerugiin banyak pihak termasuk lo sendiri hehe

      Hapus
  3. wah wah bingung juga, persepsi persepsii..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Parah gann, cuma secuil persepsi semua bisa kacau balau wkwk

      Hapus