Ngga ah, buat apaan coba buang-buang duit aja ngehasilinnya ngga, ucap mamah gue. Sebuah kalimat penolakan yang sering gue dapat saat ngomong tentang hal-hal yang gue sukai. Disaat gue mau mengasah kemampuan itu mamah jarang ngedukung.
Mamah ngebandingin gue sama mereka-mereka yang udah sukses lebih dulu, para blogger-blogger yang memang udah dikenal luas. Dia ngebandingin gue sama mereka yang udah punya pengahasilan gede. Ironi memang.
Gue berani taruhan tentang mereka-mereka yang udah sukses itu, pada awalnya juga pasti sering jatuh bangun, akan tetapi kita cuma ngeliat disatu sisi, saat mereka udah ada di puncak. Kita tidak tau apa aja yang udah mereka alami. Cara pandang mamah gue yang seperti itulah, yang gue kurang begitu suka.
Padahal mamah tau, kalau segala sesuatu itu ada prosesnya. Ngga ada yang bisa langsung menghasilin duit. Mamah juga yang ngajarin gue kalo apa-apa itu harus dimulai dari bawah. Ngga bisa langsung di atas. Harus siap jatuh bangun.
Tapi kenapa disaat gue coba cerita tentang impian dan rencana gue buat ke depannya, mamah ngga pernah ngasih dukungan. Mamah ragu sama kemampuan gue. Kadang gue suka berpikir ada benernya juga ucapan-ucapan mamah. Gue suka termenung mau jadi apa kelak, kalo segala sesuatu yang gue harus perjuangin ngga pernah dapat dukungan langsung dari mamah.
Gue juga yakin, gue bukan satu-satunya yang sering ngalamin hal kaya gini. Di ragukan orang tua sendiri, diremehin, dan segala bentuk penolakan atas hobi yang memang berpotensi menghasilkan.
Teruntuk kalian para orang tua, sadarlah! Ucapan-ucapan kalian yang seperti itu bikin anak-anak kalian down. Dan beranggapan selagi ada orang tua ngga perlu cape-cape mikirin masalah penghasilan. Selamat jika ada dari anak kalian yang berpikiran seperti itu, akibat ucapan kalian sendiri. Akhirnya anak kalian menjadi manja, dan selalu bergantung pada kalian.
Gue minta kepada mamah, dan para orang tua di luar sana. Tolong hargai anak-anak kalian yang udah mencoba mandiri. Mencoba membangun mimpinya. Agar kelak hidupnya tidak bergantung terus menerus kepada kalian. Ingat yang nama nya anak-anak juga akan beranjak dewasa. Yang kami butuhkan hanyalah saran dan nasihat. Selebihnya biar kami yang menentukan pilihan itu. Dengan begitu akan lebih baik.
Ceritakanlah kepada kami, tentang kegagalan-kegagalan yang pernah kalian alami. Agar kami bisa belajar dari itu semua. Jika kami gagal, bantu kami untuk berdiri. Bukan sebaliknya, memarahi apalagi sampai menyuruh berhenti untuk mengerjakan itu semua.
Buat mamah gue (siapa tau dia baca), tolong hargai pemikiran dan usaha gue. Kasih support dan doa, karena itu sangat berarti bagi gue. Jika tidak ingin melihat gue yang terus-terusan bergantung kepada mamah.
Nice share om, sebuah inspirasi untuk kedepannya.. Akan tetapi tidak harus selalu untuk terus menyalahkan kedua orang tua.. orang tua pasti akan selalu mengerti akan hal itu, sedangkan kita sebagai anak seringkali tidak mngerti akan hal itu walaupun hnya skedar menghargai..
BalasHapusThanks informasi nya om hansharkdotcom
sebenernya sih antara anak dan orang tua membutuhkan komunikasi lebih banyak, banyak-banyakin ngumpul buat saling bagi cerita. Keduanya memang harus sama-sama saling memahami keadaan dan mendukung apa yang sudah menjadi pilihan. Oke mas, thanks juga udah mau baca tulisan gue...
HapusTerkadang saat mau berkomunikasi dengan kedua orang Tua, ada aja yang salah manafsirkan pengertiannya apa mungkin akan mengerti pada waktunya, padahal tujuan kita pengen belajar mandiri.
BalasHapus